Rabu, 17 Maret 2010

I. Penamaan Filsafat Islam


A. Filsafat Islam atau Filsafat Arab

Ada dua pendapat tentang penamaan Filsafat Islam:

1. Pendapat yang memandang bahwa nama yang tepat adalah Filsafat Islam. Alasannya; Karena filsafat ini ditulis dalam bahasa Arab, sebagai bahasa yang tersiar di dunia timur. Pendapat tersebut didukun oleh antara lain: Maurice de Wulf, Emile Brahier dan Carlo Nallino.

2. Nama yang tepat adalah Filsafat Islam.

Alasannya;

a. Bangsa Arab memperoleh kemajuan yang luar biasa karena adanya agama Islam; seperti yang dicapai oleh khalifah Abbasyiyyah.

b.Filosof-filosof Muslim pada umumnya bukan bangsa Arab; seperti Al Farabi dari Turki, Ibnu Sina dari Persia, Ibnu Rusyd dari Cordova (Andalusia), satu-satunya yang berkebangsaan Arab hanyalah Al-Kindi.

c. Tumbuh dan berkembangnya Filsafat Islam

Justru dinegeri-negeri Islam, di bawah naungan khalifah Islam.

Pendapat ini didukung antara lain: Max Horten,

De Boer, L. Gauthier dan Carra de Veaux.

Masalahnya sekarang ialah: Apakah ada perbedaan dari kedua pendapat diatas? Sebenarnya perbedaan yang mendasar tidak ada. Perbedaan hanya pada nama saja. Tapi kalau akan dipilih salah satu saja dari dua nama diatas, bolehlah dipilih Filsafat Islam,

Mengigat bahwa Islam bukan hanya sekedar agama, melainkan juga mencakup kebudayaan.

Filsafat Islam bisa juga berarti filsafat yang tumubuh di negeri-negeri Islam atau yang berada dibawah naungan kerajaan-kerajaan Islam tanpa melihat kepada apa agama dan bahasa mereka.

3. Filsafat Islam Tidak Ada?

Ada perbedaan pendapat dikalangan para Orientalist abad ke 19 dengan abad ke 20 tentang ada tidaknya Filsafat Islam. Orientalist yang dianggap mewakili pendapat pada abad ke 19 adalah:Tennemann dan Ernest Renan (1892). Pendapat-pendapat mereka sebagai berikut:

a. Tenneman, yang mengemukakan adanya empat faktor yang menyebabkan orang Arab-Islam tidak dapat berfilsafat karena beliau tidak mengakui adanya Filsafat Islam.

1). Karena Kitab Suci dari orang Islam sendiri, yaitu Al-Quran.

2). Kepanatikan dari Golongan Ahlussunnah.

3) Kepanatikan orang-orang Islam kepada pikiran-pikiran beliau tersebut juga tidak dapat difahami secara tepat.

4) Tabi’at orang-orang Arab yang condong kepada angan-angan.

Keempat faktor inilah menurut Tenneman yang menghalagi orang-orang Arab untuk berfikir secara filosofi. Ernest Renan Juga tidak mengakui adanya Filsafat Islam. Kecuali Ilmu Kalam. Menurut beliau, Filsafat Islam seperti yang dikenal sekarang ini, itu tidak lain daripada Filsafat Yunani yang ditulis dalam Bahasa Arab. Kalau akan diakui adanya Filsafat Islam maka hanya bisa dicari pada Ilmu Kalam. Demikian Ernest Renan dalam bukunya ”Averroeset Laverroisme”.

Tetapi pada abad ke 20 ini pandangan orientalist berbeda pada abad ke 19 di atas yang sifatnya subyektif, sudah berubah kepandangan yang objektif. Seperti Pandangan yang mengatakan bahwa Filsafat Islam hanya semata-mata kutipan dari Filsafat Aristoteles dan ulasan-ulasannya, sudah berangsur-angsur bergeser dan mulai mengakui adanya Filsafat Islam yang mempunyai kepribadian sendiri, yang tampak jelas dalam:

Pertama; Sistem pemikirannya yang teratur dan berpangkal pada pikiran-pikiran Aristoteles.

Kedua; Memperbaiki kekurangan-kekurangan Aristoteles dan mengemukakan pikiran-pikiran baru.

Ketiga : Mempertemukan Agama dengan Filsafat.

Selanjutnya, pendapat yang memandang Al-Quran yang menghalagi kebebesan berfikir dan berfilsafat,juga berangsur-angsur hilang, dan mengakui kenyataan bahwa Islam pada masa kebesarannya/kejayaannya tidak pernah menghalangi-halangi Ilmu Pengetahuan atau Filsafat, bahkan Islam menjadi tanah yang subur bagi perkembangan Ilmu pengetahuan dan Filsafat.

4. Definisi Filsafat Islam

Sebagai Orientalist diantaranya ialah De Bear (serang Belanda) mendefiniskan Filsafat Islam sebagai : ”Pemikiran Filsafat Yunani yang masuk kedalam dunia Islam melalui penerjemahan,yang kemudian oleh ulama-ulama Islam pemikiran Filsafat tersebut disyarah atau dipadu apabila terdapat perbedaan atau pertentangan dengan prinsip-prinsip ajaran Islam.

Menurut definisi di atas orang-orang Islam tidak mempunyai filsafat yang merupakan hasil cipta dari pemikiran mereka sendiri. Menagapa timbul pendapat demikian? Karena orang Arab dipandang tidak mampu berfikir secara mendalam,bebas dan teliti (berfikir secara filosofi).

Berbeda dengan pendapat diatas maka sebagai Orientalist lainnya,diantaranya ialah Wilhelm Dithlay (seorang Jerman) secara sportif mengakui orang Arab seperti juga bangsa-bangsa lain dimana saja di dunia ini,memiliki kemampuan akal untuk bisa berfikir secara mendalam serta mencipta suatu pemikiran filosofi yang tinggi.

Mereka yang berpendapat seperti ini mendefinisikan Filsafat Islam Sebagai: ”Hasil pemikiran orang-orang Islam tentang alam semesta. Tuhan dan manusia yang didasarkan atas prinsip-prinsip ajaran Islam.”

Definisi ini mengakui existansi Filsafat Islam sebagai hasil renungan dan pemikiran orang-orang Islam terhadap alam semesta, Tuhan dan manusia yang dikaitkan dengan ajaran-ajaran yang dibawah oleh Islam.

Penengasan seperti ini juga telah dikemukakan oleh Prof.Dr.Ahmad Fuad Al-Ahwany( Guru besar Filsafat Islam di Cairo university) dalam bukunya ”mengatakan bahwa Filsafat Islam adalah suatu pembahasan tentang alam semesta dan manusia yang didasarkan atas ajaran agama yang dibawa oleh Islam”.

Definisi ini menonjolkan kemampuan orang Arab Islam untuk menciptakan suatu bentuk pemikiran filsafat yang khas Islam tentang alam semesta dan manusia,sehingga dengan demikian terletaklah pendapat De Boor diatas dengan melihat Filsafat Islam tidak lebih dari Filsafat Yunani saja.

Kita mengakui bahwa Filsafat Islam memang salah satu sumbernya dari Yunani tapi ini tidak berarti bahwa sumbernyahanya dari Yunani saja melainkan juga dari Persia,India,Tiongkok dan sebagainya meskipun sumber yang utama adalah dari Yunani. Sumber dari Yunani kemudian diolah dan dikembangkan oleh orang-orang Islam serta disesuaikan dengan prinsip-prinsip ajaran Islam, sehingga keaslian dan khas Islamnya tetap tampak apabila dicoba menghayati dan menyelaminya.

Adanya keaslian pemikiran Filsafat Islam diakui oleh Montet (seorang orientalist Prancis dan guru besar Bahasa-bahasa Ketimuran Universitas Geneve) mengatakan bahwa sesungguhnya Filsafat Islam meskipun prinsip dan dasr-dasarnya bersifat pikiran-pikiran dari Aristoteles, namun ia bukanlah suatu bentuk pengulangan dari pikiran-pikiran Yunani. Karena orang-orang Arab meskipun bersifat hormat terhadap orang-orang Yunani karena dianggap sebagai Guru Besar mereka, namun pada batas-batas tertentu mereka sadari betapa pentingnya mempertahankan kemurnian dan indentitas, seperti tercermin pada buku-buku hasil karya mereka.

Perlu ditambahkan disini bahwa di dalam perkembangan Filsafat Islam akhir-akhir ini tampak usaha dari sebahagian pembahas untuk mencari akar/sumber Filsafat Islam pada kitab suci Al-Quran, dan bukan bertolak dari pikiran Yunani seperti Filsafat Islam yang dikenal selama ini.

Al-Quran seperti diketahui bukanlah buku ”Metafisika” atau buku ”Falsafah”, melainkan adalah kitab suci agama yang otentik. Namun, di dalamnya didapati pandangan-pandangan dan problem-problem filosofi yang mudah diketahui oleh mereka yang terjun kedalam study Filosofi. Problem-problem itu antara lain tentang penciptaan alam, masalah waktu (zaman), masalah manusia, serta hubungannya dengan Tuhan.

Al-Quran telah meletakkan dasar-dasar Aqidah Tauhid yang murni,yang tercermin pada penolakannya terhadap penyembahan berhala yang kadang-kadang dengan dalil untuk mendekatkan diri kepada Allah,begitu pula sujud kepada selain Allah,ingkar kepada hari kebangkitan serta penghormatan orang kepada bintang-bintang, disamping juga aqidah-aqidah baru yang berasal dari persia dan aqidah Ahli kitab seperti Yahudi dan Nasrani.

Bertolak dari sikap dan pendiri Al-Quran tersebut hendaknya menjadi perenungan dari para Mutakkalimin dan filosof-filosof Islam dalam meletakkan dasar-dasar Filsafat Islam yang murni, yakni Filsafat yang Didasrkan Pada Al-Quran.

Tokoh-tokoh yang telah mengambil bagian dalam study tersebut antara lain ialah Prof.Dr. Yahya Huwaidy(Seorang Guru Besar Filsafat Islam di Cairo University) dengan buku beliau”Muhadlaratun Fil Falsafatil Islamiyah”, dan Prof.Dr.Halim Mahmud(Seorang Guru Besar dan bekas Rektor ”AL Azhar University”) dengan bukunya ”Attafkirul Falsafy Fil Islam”.

5. Filsafat Islam dan Pertaliannya dengan Filsafat Masehi, Filsafat Yunani, dan Filsafat Modern.

Setelah diakuinya eksistensi Filsafat Islam seperti tersebut diatas dimana Filsafat Islam memiliki corak dan problema-problema tersendiri, serta bentuk yang khas dan telah memperoleh tempat yang wajar dalam kebudayaan dunia, maka untuk kemantapan eksistensinya,perlu dikemukakan pertalian Filsafat Islam dengan Filsafat sebelum dan sesudahnya, yaitu Filsafat Masehi, Filsafat Yunani dan Filsafat Modern.

a. Pertalian Filsafat Islam dengan Filsafat Masehi

Tak dapat disangkal bahwa Filsafat Islam telah Banyak mempengaruhi Filsafat Masehi. Karya-Karya Al-Kindi,Al-Faraby, Ibnu Sina dan Ibnu Rusydi banyak diterjemahkan kedalam Bahasa Latin,sehingga diantara pikiran-pikiran mereka ada yang telah membentuk suatu aliran Filsafat di Eropa,yang dikenal dengan Aliran Ibnu Rusydi(Averroisme). Aliran ini timbul sebagai Akibat dari pengaruh tidak langsung Ibnu Rusydi terhadap FilsafatLatin dalam persoalan Akal, pada abad ke 13 dan abad ke 14 begitu pula perbedaan antara pikiran-pikiran Aristoteles dan Plato serta Ileo Platonisme, oleh ereka diketahui melalui komentar-komentar Ibnu-Rusydi yang sampai ke Eropa. Kedudukan Filsafat Islam di Timur sama dengan Filsafat Hellenisme di Barat. Kedua Filsafat Yunani menjadi dasar pemikiran abad Pertengahan. Karena itu untuk mengetahui Kedudukan Filsafat Islam maka harus kita Menghubungkannya dengan Filsafat Yunani dan Filsafat Modern.

b. Pertalian Filsafat Islam dengan Filsafat YunaniFilosof-filosof Islam banyak mengambil Pikiran-pikiran Aristoteles dan Plotinus. Tidak dapat dimungkiri. Tetapi ini tidak berarti Bahwa Filsafat Islam hanya kutipan semata-mata dari pikiran-pikiran Aristoteles seperti yang dikatakan oleh Ernest Renan atau dari Plotinus seperti kata Duen.Karena sumber Filsat Islam bukan hanya semata-mata dari Yunani Tetapi juga dari kebudayaan Indian dan Iran. Satu hal yang tidak dapat dilupakan ialah Bahwa Filosof-filosof Islam pada umumnya hidup dalam suatu milio dan kondisi yang berbeda dengan filosof-filosof lain yang sudah tentu ini dengan pengaruh-pengaruhnya dapat membentuk suatu filsfat yang sesuai dengan prinsip-prinsip agama dan keadaan masyarakat Islam sendiri.